Photobucket
She don't got a lot to say, but there's smthg about her.

*LADY-A!
Hiyaa there, everyone!
My name is Marsha, but people always call me Acha. Hence, my name is Lady A. *i know, i know.
I am currently 19, meaning I am enjoying my last year of ages '1-something'. I am a dreamy, random girl; a fusion between mature and childish who cannot stop thinking. I love a lot of things, now watch me rock my world *and probably yours as well.
-Follow me on Twitter! @marshaimaniara

to see the old archives, click the title 'i am riding marsha-go-round'

Please visit my online thrift-shop! :D
Photobucket


Photobucket
Happiness, is having a scratch for every itch.

your doodle.

Photobucket
Time changes everything, even you and I have changed.

My friends
Amanda DW. Atalya. Cantika. Chin-chin. Devina. Gisela. Jessica K. Lydia. Metta. Monik. Yosi. Zee.

Love this
Amandawxr. Elle&Jess Yamada. Jesslovesfred. Neil Slorance.



Template by Elle @ satellit-e.bs.com
Banners: reviviscent
Others: (1 | 2)


“i am riding marsha-go-round”
October 2008 November 2008 December 2008 January 2009 February 2009 March 2009 April 2009 May 2009 June 2009 July 2009 August 2009 September 2009 October 2009 November 2009 December 2009 January 2010 February 2010 March 2010 April 2010 May 2010 August 2010 October 2010 November 2010 December 2010 February 2011 June 2011 July 2011 August 2011 September 2011

Pembunuh Bersayap
26.10.08 || 8:08:00 PM

Pembunuh Bersayap

Aku pembunuh yang datang dari mega-mega. Pembunuh yang kedatangannya selalu ditunggu. Pembunuh; tetap saja aku seorang pembunuh.
Aku hadir dalam bentuk nada-nada, aroma yang mengikat, dan kerling yang memandu. Aku hadir dalam hati yang tertusuk; racun kelabu yang getir bagai empedu.
Aku heran melihat mereka memohon kedatanganku. Heran juga mereka minta dibunuh. Gila. Manusia pasti sudah gila.
Namun, hal itu bagai candu bagiku. Hasilnya guilty pleasure. Itu yang terjadi ketika aku menyayat hati korbanku. Awalnya indah. Ya, memang indah. Indah yang semu? Siapa yang tahu. Mungkin tidak kalau saja korbanku beruntung.
Tunggu, tunggu. Ada mangsa empuk. Seorang gadis yang hatinya mudah digenggam. Mau tak mau tawa merendahkan menyembul dari bibir ini.
Gosh, ini akan menjadi sangat mudah.
Kusiapkan senjataku. Panah dan busur siap di posisinya.
Satu... dua... tiga.

* * * * *

Catatan Singkat di Hari Hujan
Katanya, rintik itu merundukkan ranting yang dibingkai jendela;
membelai singkat kacanya, cuma untuk meninggalkan jejak kecupan.
Katanya, ia merunduk di sisi lain.
Kaca masih tega memisahkannya dari hujan.
Katanya, ia bingung.
Katanya, ia merenung.
Katanya, ia tak pusing meski hujan menampar kaca tembus pandang.
Aku cuma menjawab,
kuharap ia berharap aku tengah ada di sisinya.

Gadis itu terpekur, memandangi tulisan yang baru saja diguratkannya di secarik kertas polos. Sebentar-sebentar, ia mencuri pandang ke arah satu sosok di sisi jendela yang membingkai hujan di luar sana. Bayangan.
Bayangan itu yang belakangan mengisi khayalannya – yang senyumnya ia damba setiap pagi. Yang meski terbit dalam gelap (ia kan cuma bayangan, ingat?), tetap diharap-harap. Semoga senyuman itu ada karena dirinya.
“Aku pasti sudah gila,” gumam si gadis.
Kertas tempat ia sempat berkeluh kesah kini jadi musuhnya. Diremas dan dijejalkan begitu saja ke dalam tas yang mengeluh: bebannya sudah terlalu banyak.
Ya, ya. C’est la vie.
Hidup itu memang reot digelayuti masalah. Hidup itu memang rawan; bermabuk-mabuk dalam euforia pesta yang sekejap hilang. Ia rapuh seperti berjinjit di atas selaput tipis dengan high heels lima senti.
Manusia tinggal membuat pilihannya. Ikut surut menemani arus atau memilih yang kekal buat bekal akhirat. Memusingkan, perlu effort. Untungnya masih ada cinta. Bumbu yang membuat hidup sedikit lebih layak untuk dijalani. Katanya, cuma katanya.
Ah, ah. Apa ada namanya cinta sejati? Bumbu, atau malah racun yang membuat kematian layak disambut? Ya, aku masih tak percaya cinta.
Memang hipokrit bangsat aku itu. Membunuh orang dengan suatu yang tak kupercaya. Menimang orang juga dengan suatu yang tak kuanggap nyata. Semua tentang cinta berujung kematian: mati logika, mati di dompet.
Entah apa memang cinta sejati yang jahat, ataukah setan yang mengaku-ngaku cinta?
Masih pusing aku memikirkan hidup dan cinta, si gadis tiba-tiba menyambar liar ke dalam pikiranku. Sekelebat rangsang syaraf otaknya mampir di otakku.
Aduduh. Kenapa pula aku harus dibuat jatuh hati pada bayangan? Tak mungkin bisa kuraih. Dia cuma gelap. Bahkan sesuatu yang eksistensinya kuragukan. Bayangan – calon suami orang! Dewi Cinta mana yang bertindak? Sial. Sungguh biadab! Kenapa manusia harus dibuat cinta pada orang yang tak balas cinta, orang yang sudah jadi milik orang lain? Sinting!
Aku terbahak. Dan terbahak.
Puas.

* * * * *

Si gadis berjalan-jalan di waktu subuh. Matahari saja belum berani menyembul, si gadis sudah terbit. Wah, wah. Raut wajah yang kontemplatif. Bangga juga, bisa membuat manusia merenung. Semua cuma karena cinta.
Ah! Lagi-lagi.
Aku masih tertawa pahit ketika sudut mataku menangkap sebuah kilauan.
Cling!
Seperti iklan sabun cuci.
Aku menoleh dan hatiku bagai turun jauh ke kaki. Tidak, tidak, menembus kaki sampai ke pusat bumi. Lalu lumer di sana.
Lihat kilau itu; begitu innocent. Lihat dia, yang usianya tak pernah panjang. Hanya bergelayut di daun – tapi masih mencoba datang setiap pagi.
Kenapa selama ini tak pernah ia kuperhatikan? Selama ini hanya diam dalam keberadaannya yang separuh ada separuh tidak. Rupanya diam-diam dia mengejekku, mengasihaniku yang getir dalam cinta.
Aku bilang manusia korban cinta, dan akulah si kriminalnya. Jangan-jangan malah aku korbannya?
“Sini,” panggil embun.
Lambat-lambat, aku mendekat. Dan menantang.
“Nekad juga kamu, bicara dengan aku ketika semua orang cuma menanti atau memakiku. Atau keduanya.”
Embun terkekeh.
“Selama ini aku memperhatikanmu. What a pity. Kamu itu tragedi di cerita Romeo dan Juliet, kamu itu lelucon buruk sinetron Indonesia. Menyedihkan. Padahal kamu bisa melebur saja, tidak perlu pusing dengan masalah yang memang tak perlu dipikirkan.”
Kurang ajar.
Aku bangkit, ego jadi kaki yang memaksaku meninggalkan si innocent bermulut pedas. Cukup sudah.
”Jangan dipikir,” embun berkata ragu, agaknya menahan diri.
Langkahku baru setengah dan beku di udara.
“Dirasa. Jangan dipikir.”
Kalimat embun selesai, langkahku kembali mulai. Tak mau lagi bergulat dengan mereka yang pro cinta. Persetan.

* * * * *

“Aku cinta kamu. Aku sangat mencintaimu. Sungguh – aku tahu kamu miliknya. Aku tahu kamu bahkan tak sadar aku ada. Aku...”
Cup.
Ciuman itu terjadi sudah. Ciuman itu membungkam usaha si gadis menjabarkan perasaan cintanya, seakan-akan hal itu persamaan aljabar saja.
Si bayangan menyentuh pipi si gadis (rupanya ia padat, tak tembus begitu saja). Dan ciuman itu masih belum juga berakhir; di dalamnya terselip api yang lama ditahan. Begitu lama tertekan – sampai ketika akhirnya mendapat ruang untuk bebas, ia meledak.
Gairah yang meluap-luap. Membuatku, yang awalnya bermaksud menjadikan kisah ini tragis – cinta yang bertepuk sebelah tangan, iri. Aku ingin melebur di antara mereka, merasakan api yang mereka biarkan membakar semua.
Aku terduduk di sudut, di kaki tempat tidur yang menahan beban kebakaran cinta – penyatuan dua manusia. Air matakah yang mengalir dari sudut mataku?
Aku ingin cinta.
Aku mulai berlari. Entah terbang atau melompat, aku serasa melayang. Ini semua tak nyata. Begitu banyak aku menyaksikan cinta imitasi, cinta yang berakhir tragis, cinta yang tak bisa bersatu selamanya, despite all the promises – forever and ever, sampai-sampai aku muak. Aku yang menyebabkan semua itu: memanah mereka dengan bibit cinta tapi tak kupupuki. Sampai bibit itu layu, mati, bermutasi. Aku pembunuh.
Yang kulihat hanya kematian, kelahiran tak lagi kupedulikan. Yang kulihat hanya kegagalan, keberhasilan cinta bahkan tak kurasakan ada.
Berapa banyak kisah cinta yang berakhir bahagia? Yang tak berakhir hanya dengan pertukaran kenikmatan ragawi, yang tak berakhir sakit hati, yang tak berakhir air mata?
Aku masih ingin cinta.
Aku berlari sampai-sampai malam pun ikut berlari. Digantikan subuh, subuh yang lain. Dan kilau-kilau itu kembali muncul, melekat di dedaunan.
Embunku.
Bawa aku melebur, embun!
Biar usiaku tak lagi abadi. Biar tak perlu hidup tanpa merasakan cinta!
Biar, biar tak harus lagi cuma menciptakan cinta – yang imitasi, yang bajakan, yang sejati, yang tersakiti...
Biar aku hanya hadir sesaat setiap pagi, menyerap sedikit tentang manusia dan cintanya, tetapi mengerti.
Bukan, bukan dipikir. Dirasa.
Embun merasa kasihan. Digandengnya tanganku, dibawanya aku bercinta, menguap.
Lenyap.
Oh, stupid cupid.

Labels:


what happen when i miss you too fuckin much
|| 8:01:00 PM

what happen when i miss you too effin much



caught
mystery in your eyes
silence - tears
laughs - gone
memory;
curling there


loving you


originally written on 21.10.08 - 01.06 pm - citizenship class

Labels: ,


untitled
|| 7:55:00 PM

untitled



bahkan buaya
dapat tersenyum manis

dengan gigi-gigi panjangnya

dan buruan di rahangnya

dan kamu masih

mengisi mimpi-mimpiku,

bergelung di benakku...
- XOXO


originally written on 17.10.08 - 05.21 am

Labels: ,


Corat-coret cewe pendamba martononya.
|| 7:50:00 PM

Corat-coret cewe pendamba martononya.

Malam itu, aku mimpi
tentang dia yang namanya berakhir
di angka 14 - sok puitis
Aduduh, dia datang
bilang mau SMSan ntar malam
Minta supaya aku jangan cuekin dia.
Aduhai, mana mungkin sih?
Senangnya terbawa ampe
kenyataan pagi-pagi.
Haduh, gila temporer.
Cengar-cengir, cengir-cengar.
Ngarep. Bolak-balik ngecek HP.

hei, siapa sih yang bilang
mimpi bisa jadi kenyataan???

Ih, bohong banget sih... >.< -originally written on 12.10.08

Labels: ,


Catatan singkat di hari hujan.
|| 7:47:00 PM

Catatan singkat di hari hujan.

Katanya rintik itu
merundukkan ranting
yang dibingkai jendela;
membelai singkat kacanya,
cuma untuk meninggalkan
jejak kecupan.
Katanya, ia merunduk
di sisi lain.
Si kaca masih tega
memisahkannya dari hujan.
Katanya, ia bingung.
Katanya, ia merenung.
Katanya, ia tak pusing
meski angin menampar
kaca tembus pandang.
Aku cuma menjawab,
kuharap ia berharap,
aku tengah ada di sisinya.

-kewarganegaraan, tengah hujan, bosan,
cowo idaman, sembilan sembilan nol delapan

Labels: ,


those smiles
|| 7:44:00 PM

you have those smiles:
when you grin and
laugh synically at the world;
when you smile quietly..
and when you find yourself
guilty,
you'll smile innocently.
there are also times when
you laugh out loud
for the world's too funny
to be missed.



loving you..



-arsip lama
-di tengah kebosanan biologi semester 1
-si anak kelas satu sma
-tak bertanggal
-tapi masih bertuan

Labels: ,


why?
|| 7:36:00 PM

why??

why does dis blog exist??


ahaha i was chatting with arvin one night n he was talking bout posting my writings online.
u know, those kinda stuffs people often make to express their feelings,
or.. juz to have fun when u've got nuttin else to do.

that time, i said no, thanks. i'm not so proud of my writings, so i thought..
wth is dis all talkin bout posting my writings ol?? lol x)

but then again i thougt..
it's a great way to share my thoughts with people.
great - n amazingly fast - way to get comments, critics, praises (as if.. lol) from people.

so here i am.
finally makin a blog.
i won't tell my daily story in dis blog.
it's especially to post my "scratches" n "doodles".. lol
u'll see a lot of writings in indonesian here, but u'll find some in english too.
so, my peeps whose indonesian isn't ur mother tongue, dun worry! x)
ahaha again, as if..

anyways. no more talkin.
enjoy readin.

welcome to moi world.. x)

Labels: